Rabu, 11 April 2012

Wujud Terimakasih Allah SWT Kepada Seseorang



قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : أَنَّ رَجُلاً رَأَى كَلْباً يَأْكُلُ الثَّرَى مِنَ الْعَطَشِ فَأَخذَ الرَّجُلُ خُفَّهُ فَجَعَلَ يَغْرِفُ لَهُ بِهِ حَتَّى أَرْوَاهُ فَشَكَرَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ فَأَدْخَلَهُ الْجَنَّةَ
صحيح البخاري
Sabda Rasulullah SAW: "Sungguh seorang pria melihat anjing menjilat kotoran kering karena tidak tahan menahan haus dan tak menemukan air, maka lelaki itu mencabut sepatu kulitnya dan mengambil air dari sumur dan memberinya minum hingga puas, maka Allah berterimakasih padanya dan memasukannya ke surga" (Shahih Bukhari)
ImageAssalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha Lemah lembut kepada hamba-hambaNya terlebih kepada hamba yang memiliki sifat lemah lembut kepada yang lainnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
اِرْحَمُوْا مَنْ فِي اْلأَرْضِ يَرْحَمُكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
“ Sayangilah yang ada di bumi, maka yang di langit (malaikat) akan menyayangi kalian”
Sebagaimana pula hadits luhur yang telah kita baca, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan pengajaran kepada kita dengan hadits tersebut yang begitu singkat namun memiliki makna yang sangat dalam, dimana kepedulian terhadap seekor hewan yang najis sekali pun seperti seekor anjing yang sedang mendapatkan kesulitan karena kehausan, kemudian seseorang menolongnya maka Allah subhanahu wata’ala menghadiahkan untuknya surga sebab perbuatannya yang memberi minum seekor anjing yang kehausan. Padahal kita mengetahui bahwa memasuki surga kita harus melewati berbagai macam cobaan dan kesulitan, akan tetapi jiwa yang penuh dengan kasih sayang terhadap sesama makhluk Allah maka Allah akan menyayanginya dan berterima kasih kepadanya atas perbuatannya. Sebagaimana dalam hadits tersebut, dimana perbuatan baik seorang lelaki itu terhadap anjing yang kehausan, dimana anjing tersebut tidak mampu membalas kebaikannya maka Allah subhanahu wata’ala yang membalasnya dengan memasukkannya ke dalam surga. Namun semakin hari dalam perputaran bumi ini semakin sirna orang-orang yang memiliki rasa kasih sayang dan lemah lembut antar sesama makhluk, padahal sifat mulia itulah yang justru menjadikan sebab turunnya rahmat Allah ke muka bumi, namun semakin berlalunya waktu manusia semakin banyak yang bersifat bengis dan tidak peduli kepada sesama manusia, terlebih lagi terhadap seekor hewan. Namun nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan tuntunan kepada kita bahwa peduli kepada seekor hewan yang najis sekalipun bisa memasukkan seseorang ke dalam surga, terlebih jika peduli kepada sesama manusia yang baik, terlebih lagi jika peduli kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu dengan memperbanyak shalawat atau memperbanyak mengajak orang lain untuk mengerjakan keluhuran seperti hadir di majelis ta’lim, di majelis dzikir, mengingatkan orang lain untuk melakukan shalat dan lainnya baik mengajaknya dengan ucapan langsung, telepon, atau pun sms. Hal demikian merupakan kepedulian kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang terlihat sepele, bahkan lebih sepele dari perbuatan seseorang yang memberi minum seekor anjing yang disebutkan dalam hadits tersebut, yang kemudian Allah memasukkannya ke dalam surga karena niatnya, yaitu karena kelembutan hati dan kasih sayang yang ada dalam dirinya. Dan tiadalah hati yang lebih berlemah lembut dari sanubari sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Oleh sebab itu semakin mulia derajat seseorang, maka hatinya akan semakin berlemah lembut dan semakin seseorang berlemah lembut dan berkasih sayang maka ia akan semakin mulia di sisi Allah subhanahu wata’ala.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Hijrah telah memindahkan kita kepada kehidupan, keadaan atau masa yang baru, demikianlah kehidupan manusia dari waktu ke waktu terus berubah, dimana semakin banyak seseorang mendapatkan kenikmatan, barangkali semakin banyak pula perbuatan dosa yang dilakukan wal’iyadzubillah, sehingga semakin banyak dan berat pertanggungjawabannya kelak di hadapan Allah subhanahu wata’ala. Maka sungguh beruntung orang yang setiap waktu semakin mendekat kepada Allah subhanahu wata’ala. Kita mengetahui dimana semakin hari semakin banyak musibah yang terjadi di bumi, disebabkan karena semakin banyak yang berbuat dosa, akan tetapi jika semakin hari orang yang berbuat dosa semakin berkurang maka musibah pun akan semakin berkurang di muka bumi. Sebagaimana yang terjadi di tahun-tahun yang lalu ketika hampir seluruh gunung berapi yang ada di pulau Jawa berada pada status “Siaga 1” atau status “Awas”, namun ketika itu masuk bulan Rabi’ Al Awwal dimana seluruh penduduk di pulau Jawa meramaikan dengan acara Maulid Nabi Muhammmad shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga tidak sampai kabar tentang meletusnya gunung-gunung itu. Karena alam semesta tunduk sebab perbuatan manusia yang mengikuti sang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, dan semakin mereka berbuat baik dan mengikuti sang nabi maka alam pun akan semakin berbuat baik karena hal itu adalah perintah Allah subhanahu wata’ala kepada alam. Sebaliknya jika manusia selalu berbuat buruk maka alam akan membalas perbuatan buruk itu dengan bencana atau musibah, dan disamping itu balasan atas perbuatan mereka akan tetap tersisa untuk kelak di akhirat. Bumi dan semesta alam yang milik Allah itu ditinggalkan untuk kita, namun kita tidak mengetahui masih tersisa berapa waktu kita dapat menginjak bumi, berapa lama lagi Allah meminjamkan udara untuk kita bernafas, tersisa berapa lama Allah meminjamkan tubuh ini kepada kita, kesemua itu tercantum pada keputusanNya Yang Maha Luhur, berapa lama kita akan hidup di dunia dan bagaimana kehidupan kita di dunia, maka masa depan kita adalah milik Allah subhanahu wata’ala dan masa lalu kita kembali kepada Allah, dimana dosa-dosa yang telah lewat Allah Maha Mampu menghapusnya dalam waktu sekejap bahkan bisa berubah menjadi pahala, begitu juga sebaliknya bisa jadi satu hal makruh pun dapat menceburkan seseorang ke dalam api neraka, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam riwayat Shahih Al Bukhari :
مَنْ حُوسِبَ عُذِّبَ
“Barangsiapa yang dihisab berarti ia disiksa”
Kemudian sayyidah Aisyah RA berkata, bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
 أَوَلَيْسَ يَقُوْلُ الله تعالى : فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا
 (الإنشقاق: 7)
“Bukankah Allah Ta'ala berfirman: "Kelak dia akan dihisab dengan hisab yang ringan"
Maka Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إِنَّمَا ذَلِكَ الْعَرْضُ وَلَكِنْ مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ يَهْلِكْ
“Hal itu adalah al ‘aradh (pemaparan amal), namun barangsiapa yang dimunaqasyah (didebat) hisabnya, maka ia akan binasa”
Maksud dari hadits tersebut adalah jika Allah subhanahu wata’ala mendesak atau mempertanyakan kenikmatan-kenikmatan yang diberikan kepada hambaNya maka ia akan celaka, seperti kenikmatan melihat dari mana ia mendapatkannya, dan berapa banyak sel yang ada pada mata yang berkhidmat atau bekerja untuknya sehingga ia mampu melihat, namun kebanyakan nikmat melihat itu digunakan untuk berbuat dosa atau melanggar perintah Allah subhanahu wata’ala, maka jika hal seperti ini terjadi pada seorang hamba maka habislah semua amal baik seorang hamba karena pertanyaan tersebut, belum lagi tuntutan atau pertanyaan atas kenikmatan dan perbuatan yang lainnya, meskipun hal itu adalah perbuatan-perbuatan baik namun di dalamnya terdapat sifat tercela seperti sikap sombong, iri, riya’ dan lainnya. Maka dalam hal ini Al Imam As Syafi’i RA berkata : “ Aku takut dan khawatir terhadap amal-amalku yang terbaik, bagaimana aku tidak khawatir dan takut akan amal-amalku yang buruk”. Salah seorang ulama’ berkata dalam qasidahnya:
ياَرَبِّ مَا مَعَنَا عَمَلٌ وَكَسْبُنَا كُلُّهُ زَلَلٌ لَكِنْ لَنَا فِيْكَ أَمَلٌ تُحْيِيْ اْلعِظَامَ الرَّامَّةَ
“ Ya Allah kami tidak memiliki amal baik (dibandingkan kenikmatan yang Engkau berikan) bahkan semua usaha dan perbuatan kami , akan tetapi kami memiliki harapan (mendapatkan kasih sayangMu), Dimana Engkau Maha Mampu menghidupkan tulang-tulang yang telah hancur lebur”.
Karena hakikatnya semua amal perbuatan baik manusia adalah dari hidayah dan taufik Allah subhanahu wata’ala, dimana seorang hamba hanyalah senantiasa berharap kasih sayang Allah subhanahu wata’ala. Selanjutnya kita bermunajat semoga Allah subhanahu wata’ala memuliakan kita sepanjang waktu dan zaman, semakin seseorang bepindah dari kehidupan kepada kehidupan yang lain dalam keadaan yang semakin baik maka semakin mulia lah kehidupannya, semakin dekat kepada Allah subhanahu wata’ala sehingga semakin disucikan dan semakin banyak dilimpahi rahmat oleh Allah subhanahu wata’ala. Semoga Allah subhanahu wata’ala menjaga kita, ayah ibu kita, keluarga kita, wilayah kita, negara kita, bangsa kita dan seluruh ummat Islam di penjuru barat dan timur dari musibah dan bahaya, dengan keagungan namaNya Yaa Rahmaan Yaa Rahiim…
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.

Rasul SAW Menyukai Memulai Dari Yang Kanan


قال رسول اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ فِي تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُورِهِ وَفِي شَأْنِهِ كُلِّهِ
صحيح البخاري
Sabda Rasulullah saw : “Bahwa nabi saw menyukai memulai dari kanan, ketika beliau (saw) memakai sandal, ketika beliau (saw) menyisir, ketika beliau (saw) bersuci, dan dalam gerak gerik beliau (saw) ” (Shahih Bukhari)
Image
Assalamu’alaikum wrahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha Mengumpulkan kita dalam perkumpulan yang luhur, di bulan yang luhur, yang mana dalam perkumpulan seperti inilah Allah subhanahu wata’ala melimpahkan rahmatNya dan mengangkat derajat hamba-hambaNya dalam keluhuran di dunia dan akhirat, dalam kemuliaan di dunia dan akhirat, dalam kesucian di dunia dan akhirat, dalam kebahagiaan di dunia dan akhirat yang semuanya sampai kepada kita dari tuntunan tersuci dan terluhur dari segenap tuntunan alam semesta, yaitu tuntunan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, tuntunan termulia yang menuntun pada kebahagiaan di dunia dan akhirat, yang menuntun ummatnya untuk jauh dari perbuatan-perbuatan hina dan senantiasa berada pada perbuatan yang mulia. Semoga Allah subhanahu wata’ala menjaga hari-hari kita untuk selalu berada dalam kemuliaan dan keluhuran serta jauh dari segala hal yang hina di dunia dan akhirat, amin.
Sampailah kita pada tuntunan mulia sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang disampaikan oleh sayyidah Aisyah Ra dan diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam melakukan suatu perbuatan menyukai untuk mengawalinya dari sebelah kanan, seperti ketika memakai sandal, ketika bersuci, menyisir rambut, dan yang lainnya. Hal tersebut sangat disukai oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan hal tersebut pun telah terbukti secara ilmiah bahwa peredaran darah terlebih dahulu mengalir pada anggota tubuh yang bagian kanan kemudian pada bagian yang kiri, sehingga aliran darah itu terlebih dahulu membersihkan anggota tubuh bagian kanan, dan hal ini secara Ilmiah baru diketahui dalam akhir-akhir ini, namun hal tersebut telah diajarkan dalam tuntunan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kepada ummat Islam, yaitu dengan mengawali segala perbuatan baik dari anggota tubuh sebelah kanan. Dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany dalam Fathul Bari bisyarah Shahih Al Bukhari bahwa hadits tersbut diatas bermakna ‘aam makhsuus (bersifat umum tapi dikhususkan), yaitu secara umum bermakna demikian adanya namun terdapat pengecualian, diantaranya adalah ketika masuk ke masjid mendahulukan kaki kanan, namun ketika keluar dari masjid mendahulukan kaki kiri, sebaliknya ketika masuk ke kamar mandi dengan mendahulukan kaki kiri dan ketika keluar mendahulukan kaki kanan, mengapa demikian?, Al Imam An Nawawi berkata bahwa segala hal atau sesuatu yang baik atau bersifat ibadah maka didahulukan dengan anggota sebelah kanan, maka selayaknyalah kita memahami sunnah-sunnah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ تَمَسَّكَ بِسُنَّتِي عِنْدَ فَسَادِ أُمَّتِي فَلَهُ أَجْرُ مِائَةِ شَهِيدٍ
“Barangsiapa yang berpegang pada sunnahku ketika kerusakan ummatku, maka baginya pahala 100 orang yang mati syahid”
Berpegang kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam seperti ini adalah hal yang mudah, namun banyak diremehkan oleh kaum muslimin, maka kita berusaha untuk menghidupkan kembali hal tersebut dengan melakukan sesuatu yang baik diawali dengan yang kanan.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Kita selayaknya memahami bahwa segala persahabatan akan berakhir, segala perkumpulan dalam keluarga, saudara dan teman akan berakhir, segala kenikmatan dan kegembiraan di dunia akan berakhir, dan kesemuanya berganti dengan kehidupan yang gelap di alam kubur, namun berbeda dengan keadaan mereka yang mengikuti tuntunan luhur sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana mereka akan gembira di dunia dan akhirat, gembira di alam kubur dan di alam barzakh, hari-hari mereka berada dalam kebahagiaan karena mengikuti tuntunan yang menuntun kepada keluhuran dan kebahagiaan, tuntunan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Tibalah kita di bulan agung ini, bulan Rabi’ Al Awwal, dimana Allah subhanahu wata’ala berfirman:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ، أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ، وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ، تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ، فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ
(الفيل : 1-5 )
“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Rabbmu telah bertindak terhadap tentara bergaja, Bukankah Dia telah menjadikan siasat mereka (untuk menghancurkan ka'bah) itu sia-sia, dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).” (QS. Al Fiil : 1-5)
Dijelaskan dalam sirah Ibn Hisyam dan lainnya, dimana ketika kaisar Habasyah iri terhadap Ka’bah, dimana kota Makkah menjadi kota yang ramai dengan perdagangan dan banyak dikunjungi oleh orang-orang karena adanya Ka’bah disana. Dimana Ka’bah sudah ada sebelum lahirnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana dibangun pada oleh Nabiyullah Ibrahim setelah runtuhnya dan terus ada serta menjadi tempat yang mulia dan muliakan, meskipun ketika itu masih dipenuhi dengan patung-patung berhala sebelum lahirnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan sebelum terjadinya Fath Makkah. Maka ketika itu kaisar Habasyah membangun suatu bangunan di kota San’a Yaman untuk menyaingi Ka’bah, bangunan yang serupa dengan Ka’bah dan terbuat dari emas dan perhiasan-perhiasan berharga, dengan tujuan agar manusia mengalihkan perhatian mereka dari Ka’bah yang berada di Makkah kepada Ka’bah yang dibuat raja Habasyah di kota San’aa yang ketika itu San’aa berada dibawah kekuasaan raja Habsyah. Namun keesokan harinya setelah Ka’bah palsu itu dibangun, maka didapatinya banyak kotoran yang dilemparkan ke ka’bah buatan raja Habasyah itu sehingga murkalah ia karena penghinaan dan pelecehan orang-orang, lalu raja Habasyah mengerahkan pasukan dengan jumlah yang sangat besar dan menunggangi gajah untuk berangkat ke Makkah dan menghancurkan Ka’bah. Kemudian berangkatlah pasukan gajah itu yang mana sepanjang perjalanan ke Makkah tidak ada kabilah yang membela Ka’bah sanggup untuk menahan pasukan raja Habsyah. Maka pasukan gajah itu terus menempuh jazirah Arab menuju Makkah, dan di saat itu sayyidina Abdul Muthtalib sebagai pimpinan kota Makkah, beliau mengungsikan penduduk Makkah ke tempat-tempat yang aman, kemudian ia berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala : “Wahai Allah, aku titipkan Ka’bah ini kepadaMu”, lalu sayyidina Abdul Muthtalib pun pergi dan kemudian pasukan gajah itu membawa beliau dibawa ke perkemahan pimpinan pasukan , maka panglima pasukan gajah itu berkata : “apakah engkau adalah pimpinan Makkah?”, sayyidina Abdul Muttalib berkata : “iya , aku adalah pimpinan Makkah”, lalu panglima itu berkata : “Engkau telah mengungsikan penduduk Makkah, tapi mengapa engkau justru pergi meninggalkan Ka’bah tempat yang suci itu tanpa membelanya dari serangan yang akan kami lakukan, padahal engkau adalah pimpinan kota Makkah?”, maka sayyidina Abdul Muttalib berkata : “Aku hanya menjaga diriku dan keluargaku, akan tetapi Ka’bah itu adalah milik Allah subhanahu wata’ala, maka Dia lah yang akan menjaganya”, lalu beliau pergi. Kemudian panglima pasukan gajah berkata kepada pasukannnya :“Mulai bergeraklah dan hancurkan Ka’bah”, maka mereka pun bergerak menuju kota Makkah dan setelah mendekat dengan Ka’bah dan Ka’abh sudah mulai terlihat oleh mereka, maka gajah terbesar sebagai pimpinan mereka yang berada pada barisan terdepan ketika itu berhenti, namun ketika diarahkan ke arah yang lain (bukan arah Ka’bah) gajah itu mau berjalan. Hingga mereka memanaskan besi hingga menjadi bara kemudian ditusukkan ke tubuh gajah itu, namun gajah itu tetap tidak bergerak, maka semua gajah yang berada di belakangnya pun tidak mau bergerak karena pimpinannya tidak bergerak. Maka dalam keadaan itu, pasukan gajah diliputi kebingungan ketika itu terlihatlah dari kejauhan seperti awan yang hitam gelap berjalan menuju mereka, yang mana itu adalah rombongan burung ababil yang membawa batu-batu kerikil api dari neraka kemudian melemparkan batu-batu itu kepada semua pasukan gajah tersebut, sehingga semua pasukan dan gajah-gajah itu hancur dan binasa dan hanya tertinggal satu orang yang masih hidup, maka orang itu pun lari untuk menyelamatkan diri namun seekor burung tetap mengejarnya hingga ia sampai ke perkemahan penduduk Makkah, dengan terengah-engah dia berkata : “semua pasukan gajah telah binasa, tinggallah aku sendiri yang selamat”, lantas penduduk Makkah berkata : “apa yang menjadikan mereka binasa?”, ia menjawab : “kelompok burung yang mengikutiku membawa batu-batu seperti bara api kemudian melemparkannya kepada pasukan-pasukan gajah hingga mereka binasa”, penduduk Makkah kaget dan heran bagaimana hal itu terjadi, maka ketika itu satu burung yang masih mengikuti seorang prajurit gajah itu melemparkan batu api itu kepadanya hingga hancur leburlah ia bagaikan dedauan kering yang hancur dimakan ulat. Allah subhanahu wata’ala ingin menunjukkan bahwa seperti itulah Allah menghancurkan pasukan-pasukan gajah itu, maka tidak ada kekuatan lagi bagi raja Habsyah untuk menghancurkan Ka’bah, karena Ka’bah akan tetap dijaga oleh Allah subhanahu wata’ala, dan di tahun itu pula kelahiran sayydina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang disebut dengan ‘Aamul Fiil (Tahun Gajah), yang bertepatan dengan tanggal 12 Rabi’ul Awwal. Dan ketika sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam lahir dari rahim sayyidah Aminah, beliau melihat cahaya juga keluar dari rahimnya hingga ia dapat melihat istana-istana Romawi yang berjarak 3 bulan perjalanan dari Makkah, bagaimana hal itu bisa terjadi?, sebagaimana kita ketahui jika cahaya proyektor saja bisa memperlihatkan gambar dari jarak yang jauh menjadi terlihat dekat, begitu juga siaran langsung di Televisi dari tempat yang jauh bahkan di luar negeri dapat terlihat di depan mata kita, yang mana hal itu disebabkan kekuatan cahaya yang diciptakan oleh manusia yang berupa alat-alat elektronik dan lainnya, maka terlebih lagi cahaya Allah subhanahu wata’ala yang diterbitkan dengan lahirnya sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang membuat ibunya dapat melihat kerajaan Romawi yang terletak sangat jauh dari kota Makkah, sebagaimana telah berfirman subhanahu wata’ala :
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا ، وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا
(الأحزاب: 45-46 )
“Wahai Nabi, sesungguhnya Kami (Allah) mengutusmu untuk menjadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan menjadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi.” (QS. Al Ahzaab : 45-46)
Demikian hebatnya cahaya mulia sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam terlahir tanpa keluar setetes darah pun dan tanpa ada rasa sakit sedikit pun yang dirasakan oleh ibunya sayyidah Aminah. Setelah beberapa waktu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam disusui oleh sayyidah Halimah As Sa’diyyah, dan ketika sayyidah Halimah membawa rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari Makkah ke rumah beliau (perkampungan Bani Sa’ad), sayyidah Halimah berkata : “Tidak kami lewati pepohonan dan bebatuan kecuali mereka bersujud dan berkata : “Assalamu’alaika Ya Rasuulallah”. Demikian kemuliaan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang lahir dan tumbuh dalam keadaan yatim, namun beliau menjadi semulia-mulia makhluk karena Allah subhanahu wata’ala yang langsung mendidik beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana sabda beliau :
أَدَّبَنِيْ رَبِّيْ فَأَحْسَنَ تَأْدِيْبِيْ
“ Tuhanku (Allah) Yang telah mendidikku, maka Dia mendidikku dengan sebaik-baik pendidikan”
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam makhluk yang paling mulia, paling baik, paling ramah dan menjadi lambang cinta bagi segenap manusia yang mengharapkan ridha Allah subhanahu wata’ala. Diriwayatkan di dalam tafsir Al Imam At Thabari, dimana ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca surat Al Insaan, yang mana surat ini berisi tentang kenikmatan surga dan keindahannya, maka seorang hamba sahaya yang mendengarkan bacaan surat Al Insaan itu yang menjelaskan tentang kenikmatan-kenikmatan surga, berkata : “Wahai Rasulullah, apakah mataku ini kelak akan dapat memandang matamu di surga?”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata :“Na’am (Iya)”, maka hamba sahaya itu menangis terharu hingga ia terjatuh pingsan, karena dahsyatnya tangisan gembira sebab telah dijanjikan akan melihat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kembali kelak di surga. Hamba sahaya itu tidak tergiur dengan kenikmatan dan keindahan yang ada di surga, namun yang di dambakan adalah setelah ia melihat wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dunia apakah ia akan melihat kembali wajah beliau kelak di akhirat. Setelah beberapa waktu hamba sahaya itu wafat, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memanjakan jenazahnya, dimana beliau lah yang langsung turun ke lahad kubur dan menguburnya, dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
إِنَّ هَذَا كَانَ لَكُمْ جَزَاءً وَكَانَ سَعْيُكُمْ مَشْكُورًا
( الإنسان : 22 )
“Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu disyukuri (diberi balasan).” ( QS. Al Insaan : 22 )
Melihat kejadian itu, para sahabat bertanya : “Wahai Rasulullah, apa yang telah terjadi hingga engkau mengucapkan hal itu?”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “ Demi Allah yang jiwaku berada dalam genggamana kekuasaanNya, sungguh ruh jasad ini saat ini diberdirikan dihadapan Allah, dan Allah berkata : “ Wahai hambaKu, akan kujadikan wajahmu bercahaya”. Demikian keadaan orang-orang yang mencintai sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan keberuntungan terbesar bagi orang-orang yang mengikuti beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَوَّلُ مَنْ يَنْشَقُّ عَنْهُ الْقَبْرُ وَأَوَّلُ شَافِعٍ وَأَوَّلُ مُشْفِعٍ
“Saya pemimpin anak Adam di hari kiamat, dan orang pertama yang kuburnya terbelah (orang pertama yang dibangkitkan dari kubur di hari kiamat), dan orang pertama yang member syafaat dan yang dikabulkan syafa’atnya oleh Allah.”
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Insyaallah acara Maulid Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tanggal 12 Rabi’ Al Awwal hari Ahad pagi di Monas, semoga acara ini sukses. Dan saya mohon kepada para Jamaah untuk hadir tepat waktu, karena dikhawatirkan banyaknya massa yang akan datang dari luar kota sehingga banyak dari mereka yang hadir dan datang lebih awal lalu menempati tempat-tempat yang di depan, seharusnya kita lah yang dari dalam Kota memberikan contoh kepada mereka yang datang dari luar kota bahwa kita datang tepat waktu.
Selanjutnya kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala semoga Allah melimpahkan rahmat dan kebahagiaan bagi kita semua, dan memberikan pemahaman yang luhur, taufik dan hidayah kepada kita untuk mengikuti tuntunan-tuntunan indah nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan semoga semua yang hadir langsung langsung di acara ini atau yang menyaksikan via streaming web majelis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam semoga dilimpahi rahmat dan hidayah Allah subhanahu wata’ala dalam hari-harinya, semoga Allah melimpahkan kepada kita anugerah yang besar, dan mengangkat segala musibah dan kesulitan-kesulitan kita dan menggantikannya dengan rahmat dan segala kemudahan, amin allahumma amin…
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ

Pahala Menanti Waktu Shalat


قَالَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لا يَزَالُ الْعَبْدُ، فِي صَلاةٍ، مَا كَانَ، فِي الْمَسْجِدِ، يَنْتَظِرُ الصَّلاةَ، مَا لَمْ يُحْدِثْ.
(صحيح البخاري)
“ِSabda Rasulullah saw : Tiada hentinya hamba dalam pahala shalat (walau ia diam) selama ia masih tetap dimasjid dalam keadaan suci menanti waktu shalat” (Shahih Bukhari)
ImageAssalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha Membuka keluhuran di dalam kehidupan jiwa, Yang menjadikan setiap detik-detik adalah berlian keabadian untuk mencapai kedekatan kepada Allah, hingga sampailah kepada kita seindah-indah kabar yang merupakan samudera luas Ilahi, mutiara pembuka keridhaan Allah subhanahu wata’ala, rahasia cahaya kebahagiaan dunia dan akhirat, rahasia pembuka keluhuran di dunia dan akhirat, rahasia pembuka kesucian dan keindahan yang membuat hati tenang yang dipenuhi dengan iman dan ihsan di dunia dan akhirat. Suara dari untaian kalimat-kalimat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda menerangi jiwa-jiwa para sahabat dan mengangkat jiwa mereka menuju kepada keluhuran, yang telah berkata sayyidina Abu Hurairah RA:
ياَرَسُوْلَ الله إِذَا رَأَيْنَاكَ رَقَّتْ قُلُوْبُنَا
“ Wahai Rasulullah jika kami melihatmu, terangkatlah hati kami sampai puncak ke khusyu’an”
Maka ketika pemilik wajah indah itu mengucapkan kata-kata sungguh seakan-akan mutiara berjatuhan dari bibir mulia beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, karena indahnya suara beliau. Sehingga diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa tiada suara yang lebih indah daripada suara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan ketika beliau berbicara di hari Hajj Al Wada’ (Haji Perpisahan) yang dihadiri oleh puluhan ribu orang maka suara beliau terdengar rata oleh orang yang berada di barisan terdepan atau pun yang berada di barisan paling belakang, meskipun di saat itu tidak ada pengeras suara, akan tetapi angin tidak berani memotong suara nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana suara itu mampu menembus ‘arsy Ar rahman di dalam munajat. Dalam hadits diatas beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa seseorang yang duduk menanti waktu shalat dan dalam keadaan suci maka ia mendapatkan pahala shalat selamat waktu menanti shalat tersebut, misalkan seseorang menunggu waktu shalat Asar sejak selesai shalat Dzuhur, maka selama waktu menunggu itu ia terhitung melakukan shalat meskipun dalam keadaan tidur (tidur dengan keadaan duduk), tidur yang tidak membatalkan wudhu, karena dalam madzhab Syafi’i seseorang yang tidur dalam keadaan duduk tidak bergerak maka hal itu tidak membatalkan wudhu’. Maka seseorang yang selama berjam-jam menunggu waktu shalat, ia terhitung mendapatkan pahala shalat sebagaimana sabda nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits tadi. Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari di hari-hari terakhir dalam kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan dalam keadaan sakit, suatu waktu beliau terbangun di tengah malam setelah sebelumnya beliau tidak sadarkan diri (pingsan), dan ketika itu para sahabat ada yang dalam keadaan berdzikir, ada pula yang tertidur dalam keadaan duduk di dalam masjid dan keadaan belum melakukan shalat Isya’ dan tidak ada yang bergerak dari tempatnya karena menunggu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk melakukan shalat berjamaah bersama beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meminta kepada sayyidah Aisyah untuk membawa beliau ke tempat berwudhu lalu, dan setelah itu beliau kembali roboh dan tidak sadarkan diri, kemudian terbangun di sepertiga malam dan berkata kepada sayyidah Aisyah RA : “Wahai Aisyah, apakah orang-orang sudah melakukan shalat ‘isya?”, sayyidah Aisyah berkata: “Belum, karena mereka menunggumu wahai Rasulullah “, demikian keadaan para pecinta sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka para sahabat tidak ingin catatan shalat mereka ditulis kecuali dengan tulisan : Fulan bin Fulan bermakmum pada sang imam Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam hal ini manakah yang lebih utama antara melakukan shalat di awal waktunya atau melakukan shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam namun tidak di awal waktu?, padahal dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa amal yang paling utama adalah mengerjakan shalat di awal waktunya, namun ketika itu justru para sahabat menunggu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga sepertiga malam untuk mengerjakan shalat isya’ bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, hal ini menunjukkan bahwa melakukan shalat bersama beliau shallallahu ‘alaihi wasallam jauh lebih utama dari melakukan shalat tepat pada waktunya dan tidak bersama dengan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam hal ini para ulama’ mengatakan diperbolehkan mengakhirkan waktu shalat jika dalam keadaan ada ta’lim atau dars (pelajaran), yaitu ketika tiba waktu shalat maka kumandangkan adzan kemudian melanjutkan ta’lim atau dars hingga selesai, karena duduk (dalam hal-hal yang baik) dalam keadaan menunggu waktu shalat termasuk ibadah, lain halnya jika mengundur waktu shalat dikarenakan sesuatu atau hal yang bersifat duniawi maka hal itu tidak diperbolehkan, akan tetapi jika mengakhirkan waktu shalat karena Ilmu maka yang lebih utama adalah menunggu hingga pembahasan ilmu selesai dan semua yang dipelajari dapat difahami barulah setelah itu melakukan shalat, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat dahulu memperbuat hal itu yaitu melakukan shalat Isya’ hingga tengah malam, dan juga dikhawatirkan jika pembahasan ilmu itu dihentikan seketika dan orang yang belajar belum memahami ilmu tersebut maka dikhawatirkan ia keluar dari majelis ilmu itu tanpa ada pemahaman dan menyampaikan sesuatu atau ilmu kepada yang lainnya dengan tidak ada pemahaman akan ilmu yang ia sampaikan.
Hal ini banyak belum difahami oleh sebagian orang, dimana mereka berpendapat jika adzan telah dikumandangkan maka harus segera dilaksanakan shalat dalam keadaan apapun, akan tetapi dalam hal ini jika dalam keadaan dalam pembahasan suatu ilmu dan tiba waktu shalat maka sebaiknya menyelesaikan pembahasan ilmu tersebut, kemudian baru melakukan shalat, dan hal demikian adalah ijma’ para ulama.
Selanjutnya ada pertanyaan yang ingin saya jawab, yaitu masalah Jama’ah Tabligh, dimana saat ini masyarakat semakin banyak memperdebatkan hal ini, perlu kita ketahui dan yakini bahwa Jama’ah Tabligh adalah kumpulan orang Islam, yang mana jika mereka kafir maka mereka tidak diperbolehkan untuk masuk ke dalam masjid, namun dalam hal ini yang kita larang adalah jika aqidahnya dapat merusak aqidah Ahlu sunnah waljama’ah, maka sebelum mereka masuk ke suatu masjid terebih dahulu sampaikan kepada mereka bahwa di masjid tersebut menerapkan madzhab Syafi’i yang diantaranya jika dalam shalat Subuh mereka membaca doa qunut, atau ketika seseorang menjadi imam shalat maka ia membaca Bismillahirrahmanirrahim secara terang-terangan, jika setelah disampaikan kepada mereka akan hal tersebut dan mereka tidak berkenan untuk mengikutinya maka mintalah mereka untuk memilih tempat atau masjid yang lainnya. Namun jangan menjadi permusuhan hingga ketika mereka baru saja tiba di suatu masjid mereka langsung diusir atau yang lainnya, karena dari mereka banyak juga yang berfaham Ahlu Sunnah Wal jama’ah yang bisa kita rangkul untuk bersama berjuang dalam berdakwah, banyak diantara mereka yang melakukan amalan-amalan seperti yang kita lakukan, seperti maulid nabi dan lainnya, bahkan cara-cara mereka banyak yang diambil dan dikerjakan oleh guru kita Al Musnid Al Habib Umar bin Muhammad Al Hafidh, yang diantaranya Khuruj (keluar) dari rumah untuk berdakwah, hal ini juga dilakukan oleh beliau, dan beliau juga pernah hadir dalam Ijtima’ Jama’ah Tabligh yang diadakan di Pakistan. Akan tetapi diantara mereka ada juga yang berfaham Wahabisme dan ada juga yang Ahlu sunnah waljama’a, maka mereka (Jama’ah Tabligh) yang berfaham ahlu sunnah wal jamaah dan berkeyakinan sama dengan kita, jangan kita samakan dengan mereka yang berbeda faham dengan kita, yang diantaranya mengatakan bahwa maulid nabi adalah perbuatan syirik, ziarah kubur atau membaca tahlil adalah perbuatan syirik dan lainnya maka jangan disamakan antara dua kelompok tersebut. Di masa sekarang khususnya di daerah Jakarta ini sudah mulai ada pihak-pihak dari dalam yang berusaha untuk memecah belah para ulama’ serta majelis-majelis ta’lim dan dzikir hendak dihancurkan, maka kedepannya akan menyusup pihak-pihak dari luar yang memusuhi Islam, inteligen Amerika dan yang lainnya yang akan menginterogasi para ulama’, habaib dan kyai, jika kita ummat Islam tidak segera bersatu dalam satu barisan, maka kita segera bersatu dalam satu kalimat “Laa ilaaha Illallah Muhammad Rasulullah”, berkaitan dengan orang-orang yang terlibat dalam hukum maka silahkan dihukum karena negeri ini adalah negeri hukum, namun diluar hal itu kita sesama ummat Islam jangan berpecah belah. Adapun berkaitan dengan kesalahan atau dosa, kita terima bahwa semua orang tidak akan terlepas dari dosa maka kita maafkan saja, mengenai dosa maka hal itu adalah urusan antara makhluk dengan Allah subhanahu wata’ala. Sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw berkata : “Jika engkau melihat aib orang lain maka bisa jadi aibmu lebih besar dari aib orang itu, dan jika engkau tidak tidak pernah melakukan aib sebesar itu, maka ingatlah barangkali Allah subhanahu wata’ala telah mengampuni aib orang itu, namun belum mengampuni aib mu yang meskipun lebih kecil”. Guru kita Al Habib Umar menjelaskan dalam salah satu kitab beliau tentang kemuliaan sayyidina Mu’adz bin Jabal yang diajari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam salah satu tuntunan kezuhudan dan wara’ (berhati-hati dalam berbuat), berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “ Wahai Mu’adz kelak engkau akan bertanggung jawab dihadapan Allah subhanahu wata’ala tentang segala sesuatu yang engkau lakukan, bahkan tentang butiran debu yang menempel di tanganmu yang mungkin engkau mengira bahwa hal itu tidak akan dipertanyakan”, dan dalam kitab itu guru mulia Al Habib Umar juga menjelaskan bagaimana seseorang harus mencari rizki dari cara halal, sebagaimana cerita salah seorang wanita shalihah yang jika suaminya akan berangkat kerja maka ia berkata kepadanya : “ wahai suamiku kudoakan agar engkau mendapatkan keberkahan, maka jangan bawakan yang haram kepada kami, jangan membawa rizki yang dapat menjebak kami ke dalam api neraka, jangan bawakan makanan dan minuman yang dapat menyeret kami ke dalam api neraka, kami rela jika harus tidak makan atau minum berada dalam keadaan lapar atau haus asalkan kami tetap berada dalam keridhaan Allah subhanahu wata’ala”. Di zaman sekarang ini adakah wanita yang berani mengatakan hal itu kepada suaminya?!, wanita shalihah seperti ini sangat sulit ditemui. Dijelaskan juga oleh guru mulia Al Musnid Al Habib Umar bahwa jika seseorang tidak peduli dari mana rizkinya didapatkan apakah dengan cara yang halal atau yang haram maka Allah subhanahu wata’ala juga tidak peduli ia masuk ke dalam neraka Jahannam dari pintu yang mana.
Sedikit menambah penjelasan hadits tadi, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa seseorang yang duduk di masjid dalam keadaan scui untuk menunggu shalat maka selama itu ia berada dalam pahala shalat sampai tiba waktu shalat tersebut. Hadits yang semakna dengan hadits ini juga diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari, namun ditambahkan dengan ucapan sayyidina Hasan bin Ali Kw, yaitu bahwa seseorang tetap dalam kebaikan selama menanti kebaikan, seperti saat ini kita dalam keadaan menanti dzikir, menanti doa penutup maka pahalanya terus mengalir selama waktu menanti itu, dalam hal ini bagaimana kemuliaan orang yang senantiasa menanti untuk berjumpa dengan Allah, hari-hari terlewatkan, musibah berganti dengan kenikmatan, perubahan demi perubahan terjadi namun ia tetap menanti perjumpaan dengan Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيهِ
(الإنشقاق : 6 )
“Wahai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya.” ( QS. Al Insyiqaaq : 6 )
Sungguh keberuntungan besar bagi orang yang menunggu untuk berjumpa dengan Allah subhanahu wata’ala. Hamba- hamba yang merindukanNya maka Allah pun merindukannya, sebagaimana firmanNya dalam hadits qudsi :
مَنْ أَحَبَّ لِقَائِيْ أَحْبَبْتُ لِقَاءَهُ
“ Barangsiapa yang rindu ingin berjumpa dengan-Ku maka Aku pun ingin berjumpa dengannya”
Ya Allah pantaskah dengan segala dosa dan kesalahan inikah Engkau merindukan kami, sangatlah tidak pantas seorang budak hina seperti kami mengatakan hal itu, namun di malam ini dengan izin Mu Engkau perdengarkan hadits itu kepada kami. Sebagai contoh jika seorang raja yang sangat mulia mengumpulakn sepuluh ribu orang budaknya dan setiap budak mengutarakan keinginannya dari segala kenikmatan dunia lantas ia kabulkan keinginan mereka, namun satu dari mereka hanya terdiam dan ketika ditanya : “Apa yang engkau inginkan?”, si budak menjawab : “Aku menginginkanmu”,sungguh sangatlah tidak pantas seorang budak mengucapkan hal demikian, namun Allah subhabahu wata’ala senantiasa memberikan harapan dan membuka kesempatan untuk hamba yang menginginkan cintaNya..
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.

Dua Sebab Siksa Di Alam Kubur



عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ:مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ : إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
(صحيح البخاري)
“Dari Ibn Abbbas Ra berkata, Nabi SAW melewati dua kuburan dan bersabda: “Sungguh keduanya tersiksa, dan bukan tersiksa sebab dosa yang sangat besar, namun salah satunya tidak menutup aurat (membuka auratnya dihadapan orang lain) saat buang air kecil, dan yang satunya sering mengadu domba orang lain, lalu beliau SAW mengambil sehelai daun yang masih segar, dan membelahnya menjadi dua, dan menaruhnya masing-masing helai di masing masing kubur tersebut, maka orang orang bertanya: Wahai Rasulullah, untuk apa engkau perbuat itu?, maka beliau SAW bersabda: semoga diringankan untuk keduanya sebelum potongan daun ini mengering” (Shahih Bukhari)
ImageAssalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha Memiliki segenap kemuliaan dan keluhuran dan Melimpahkan kepada hamba-hambaNya. Segenap alam semesta di langit dan bumi diciptakan dari ketiadaan, alam dunia, alam barzakh dan alam akhirat, dan segenap alam yang telah dicipta oleh Allah subhanahu wata’ala baik yang kita ketahui atau pun yang tidak kita ketahui. Dan dari awal penciptaan makhluk sejak itu pula tercantum bahwa semulia-mulia makhluk adalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan Allah subhanahu wata’ala telah menjadikan sang nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai gerbang kasih sayang bagi segenap anugerah dan rahmat Allah subhanahu wata’ala, yang mana dengan kebangkitan sang nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hal itu menjadikan rahmat Allah berlimpah dan terbuka untuk kita semua, dan segenap anugerah Allah yang berupa kenikmatan di dunia dan di akhirat adalah bagian dari rahmat Allah subhanahu wata’ala, dan rahmat Allah subhanahu wata’ala itu telah sampai kepada kita, yaitu sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dari 14 abad yang silam. Yang mana cahaya risalah kenabian berlanjut dari periode ke periode, dari generasi ke generasi, hingga telah lewat 14 abad yang silam akan tetapi sampai saat ini kita masih berada dalam cahaya risalah yang terang benderang, cahaya sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ketahuilah bahwa kenikmatan dan segala kebahagiaan yang dicipta oleh Allah subhanahu wata’ala terbagi menjadi dua bagian, yaitu kenikmatan di dunia dan kenikmatan di akhirat. Dan sungguh beruntung mereka yang menjadikan kenikmatan di dunia sebagai pembuka kenikmatan di akhirat kelak, sebaliknya merugilah mereka yang menjadikan kenikmatan dunia sebagai alat untuk melewati kehidupan yang membuat mereka jauh atau bahkan melupakan Allah subhanahu wata’ala karena terlarut hanya dalam kenikmatan dunia, sehingga mereka menghadapi kehidupan dunia yang fana dengan penuh kenikmatan, dan kehidupan akhirat yang kekal akan dihadapi dalam kehinaan, wal’iyadzubillah (semoga Allah melindungi dan menjauhkan kita dari hal tersebut).
Senantiasalah ingat akan firman Allah subhanahu wata’ala:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
( آل عمران : 185 )
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. ( QS. Ali Imran : 185 )
Kehidupan dunia hanyalah kehidupan fana yang penuh dengan permainan, sandiwara dan tipuan-tipuan belak. Maka dalam kehidupan fana yang penuh dengan permainan dan tipuan ini, Allah subhanahu wata’ala menerbitkan matahari penerang kehidupan, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana telah Allah sebutkan dalam Al qur’an sebagai “ Penyeru kepada Allah dan pelita yang terang benderang”, sebagaimana firmanNya :
وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا
( الأحزاب : 46 )
“Dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi”. ( QS. Al Ahzab : 46 )
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah penyeru manusia ke jalan Allah subhanahu wata’ala dan sebagai pelita yang terang benderang, yang menerangi kehidupan kita dan menyejukkan sanubari kita serta mempermudah segala kesulitan dalam kehidupan kita. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
( الطلاق : 2 )
“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.” ( QS. At Thalaq: 2 )
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
( الطلاق : 4 )
“Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” ( QS. At Thaalaq : 4 )
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا
( الطلاق : 5 )
“Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.” ( QS. At Thaalaq : 5 )
Dan bagaimana cara kita bertakwa kepada Allah subhanahu wata’ala, panutan kita dalam hal ini adalah pimpinan kita sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang membawa kita kepada keluhuran dan kemudahan, membawa kita kepada ketenangan, membawa kita kepada kesejukan dan kesejahteraan di dunia dan akhirat, maka panutlah beliau dalam menghadapi kehidupan kita di dunia ini.
Sampailah kita pada hadits luhur, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam suatu waktu melewati dua kuburan, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata bahwa kedua penghuni kuburan tersebut sedang disiksa di dalam kuburan mereka, hal ini menunjukkan bahwa beliau mengetahui dan mendengar siksa kubur. Dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata bahwa mereka tidaklah disiksa sebab perbuatn dosa besar, kemudian beliau mengambil selembar daun yang masih basah lalu membelahnya menjadi dua bagian, yang masing-masing bagian diletakkan di atas kedua kuburan tersebut. Para sahabat yang melihat hal tesebut lantas bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengapa beliau melakukan hal itu, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :“Semoga Allah meringankan siksaan kedua orang ini sebelum daun itu mengering”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa mereka disiksa bukan karena perbuatan dosa yang sangat besar, karena juga dijelaskan dalam riwayat yang lainnya di dalam Shahihul Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan bahwa hal tersebut bukanlah perbuatan dosa yang sangat besar, lantas beliau terdiam dan kemudian berkata : “akan tetapi termasuk dosa besar”, maka untuk mempermudah pemahaman dari hadits tersebut adalah bahwa perbuatan itu bukanlah termasuk dosa yang sangat besar seperti syirik, membunuh, berzina dan yang lainnya, namun hal tersebut termasuk dosa besar di sisi Allah subhanahu wata’ala, dan perbuatan tersebut sering dan banyak diremehkan oleh orang. Perbuatan dosa yang dilakukan kedua penghuni kubur itu, yang pertama adalah tidak menutupi aurat ketika membuang air kecil, yaitu membuang air kecil di hadapan orang lain. Mungkin anak kecil yang belum baligh masih banyak yang membuang air kecil dihadapan orang, namun seorang anak yang sudah baligh seharusnya tidak memperbuat hal tersebut, maka selayaknya bagi setiap orang tua untuk mengajari anak-anaknya agar tidak membuang air kecil sembarangan hingga terlihat auratnya oleh orang lain, dan aurat tidak boleh terlihat bukan hanya ketika membuang air kecil saja namun dalam segala keadaan. Kemudian dosa yang kedua adalah banyak mengadu domba orang lain (namiimah), menukil ucapan Hujjatul Islam Al Imam An Nawawi bahwa makna “Namiimah” adalah menyampaikan ucapan orang kepada yang lainnya kemudian memunculkan kebencian antara satu dengan yang lainnya, sehingga mereka saling bermusuhan akibat perbuatan tersebut. Maka tentunya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat bahwa kedua orang penghuni kubur tersebut adalah ummat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang sedang ditimpa kesulitan di dalam kubur mereka, dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidak rela hal itu terjadi atas ummatnya, akan tetapi meskipun mereka telah berbuat dosa namun masih tetap diberi syafaat oleh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu dengan meletakkan daun di atas kedua kubur tersebut agar diringankan siksa kubur mereka sebelum daun itu mengering. Maka hadits ini menjadi dalil bahwa syafaat nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wasallam tidak hanya ada ketika di hari kiamat saja, namun syafaat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bisa terjadi di alam barzakh (kubur) bahkan di alam dunia, karena beliau sangat peduli terhadap ummatnya dan tidak rela jika kesulitan menimpa mereka, dimana segala sesuatu yang membuat ummatnya sulit atau dalam masalah, maka hal tersebut juga membuat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam merasa sulit. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
( التوبة : 128 )
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” ( QS. At Taubah : 128 )
Jika diantara kita tertimpa kesulitan atau musibah, maka hal itu juga akan memberatkan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga beliau sangat menjaga ummatnya dengan tuntunan-tuntunan mulia beliau agar terjauhkan dari segala kesulitan baik di dunia atau di akhirat, begitu juga dengan doa-doa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam untuk ummatnya dari zaman beliau hingga di akhir zaman, serta dengan syafaat kubra kelak di hari kiamat. Inilah indahnya nabi kita, yang paling peduli kepada kita, di saat semua kekasih kita melupakan kita, orang-orang yang mencintai kita akan meninggalkan dan melupakan kita jika mereka bukanlah termasuk orang-orang yang shalih, namun nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak akan pernah melupakan ummatnya selama mereka masih mengakui kalimat syahadat :
لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهَ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ الله
“ Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad utusan Allah”
Meskipun barangkali diantara mereka masih ada yang akan melewati kehidupan yang sulit kelak di akhirat, namun kesulitan itu tidak akan abadi karena semua kesulitan ummat ini akan berakhir dengan syafaat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kita berharap agar semua kesulitan kita di dunia dan di akhirat termudahkan dengan syafaat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Di majelis yang mulia ini, majelis kecintaan kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam karena majelis ini tidak kita buka dan tidak kita tegakkan kecuali untuk menuntun ummat menuju cinta kepada Allah subhanahu wata’ala dan kecintaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, oleh sebab itu majelis ini diberi nama dengan “Majelis Rasulillah shallallahu ‘alaihi wasallam” , serta untuk menuntun ummat menuju kebahagiaan dan keluhuran dengan bersatu dalam satu barisan bersama para salafusshalih, para muqarrabin, para awliyaa’ dan para syuhadaa’ dan shalihin dan bersama pemimpin seluruh orang-orang yang mulia, pemimpin semua manusia sejak zaman nabi Adam As, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dimana seluruh alam semesta mengenal dan mencintai beliau shallallahu ‘alaihi wasallam kecuali para pendosa dari kalangan manusia dan jin yang tidak mengenal beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana dijelaskan dalam riwayat Shahihul Bukhari dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda seraya menunjuk kepada gunung Uhud :
إِنَّ أُحُدًا جَبَلٌ يُحِبُّنَا وَنُحِبُّهُ
“ Sesungguhnya Uhud adalah gunung yang mencintai kami, dan kami pun mencintainya”
Gunung Uhud hanyalah tumpukan batu namun ternyata juga mencintai sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan cintanya dijawab oleh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, maka terlebih lagi cinta kita kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam seharusnya melebihi cinta gunung Uhud itu, dan kepedulian kita terhadap beliau dan dakwah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam akan berganti dengan cinta beliau shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kita, serta limpahan anugerah dari Allah subhanahu wata’ala berupa kemuliaan-kemuliaan yang Allah berikan untuk kita dalam kehidupan dunia yang dari sana akan muncul kemuliaan dalam kehidupan akhirat kelak, insyaallah.
Dan layak kita fahami bahwa dalam kehidupan ini, kita telah mendapatkan anugerah besar yang berupa kalam Allah subhanahu wata’ala, yaitu Al qur’anul Karim yang merupakan surat kasih sayang Allah yang menuntun kita untuk mencintai dan dicintai Allah subhanahu wata’ala yang dibawa oleh sang pembawa Al qur’an sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana Al quran itu berisi kalimat-kalimat suci dari Allah subhanahu wata’ala yang layaknya menerangi hari-hari dalam kehidupan kita, layaknya menerangi bibir kita, layaknya menerangi rumah-rumah kita, dan selayaknya menerangi jiwa-jiwa kita. Namun saat ini lihatlah bagaimana keadaan rumah-rumah kita, barangkali di sebagian rumah telah berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan tidak terdengar suara lantunan kalimat-kalimat Allah dibacakan, tidak ada orang yang membaca Al qur’an di dalamnya, padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إِنَّ اَلْبَيْتَ الَّذِيْ يُقْرَأُ فِيْهِ اْلقَرْآنُ يَتَرَاءَى لِأَهْلِ السَّمَاءِ كَمَا تَتَرَاءَى النُّجُوْمُ لِأَهْلِ اْلأَرْضِ
“ Sesungguhnya rumah yang didalamnya dibacakan Al quran maka akan terlihat oleh penduduk langit (malaikat) sebagaimana terlihatnya bintang-bintang oleh penduduk bumi”
Rumah-rumah yang didalamnya dibacakan Al qur’an tampak terang benderang oleh penduduk langit, maka bagaimanakah keadaan rumah-rumah kita, apakah terlihat gelap seperti gelapnya malam, ataukah terlihat berpijar seperti bintang dan terlihat indah dari langit oleh para malaikat Allah. Maka terangilah rumah-rumah kita dengan Al qur’an, terangilah bibir-bibir kita dengan kalimat-kalimat Allah subhanahu wata’ala.
Alhamdulillah di majelis ini kita telah membuka Halaqaturrasul yang ditujukan untuk mereka yang ingin membaca Al qur’an secara berkelompok, dimana membaca Al qur’an sendiri pun hal itu adalah baik, namun jika membacanya secara berkelompok bersama dengan orang lain maka kemuliaan yang didapati pun akan bertambah banyak, dimana setiap orang akan menjadi pengajar, pelajar, pendengar dan pembaca Al qur’an. Seseorang akan menjadi sebagai pelajar, karena ketika ia membaca Al qur’an dan dalam bacaannya terdapat kesalahan maka orang lain akan membenarkan bacaannya, maka dari pembetulan itu ia telah belajar. Dan ia disebut sebagai pengajar ketika ia membetulkan bacaan orang lain yang salah atau kurang tepat, serta disebut pula sebagai pendengar ketika seseorang mendengarkan orang lain membaca sehingga pendengarannya mendapatkan cahaya dari bacaan itu, dan disebut sebagai pembaca ketika seseorang mendapatkan bagian untuk membaca sehingga bercahayalah bibirnya dengan bacaan tersebut, dan hal itu merupakan hal yang sangat agung di sisi Allah subhanahu wata’ala, demikianlah tujuan dari dibentuknya Halaqaturrasul ini sebagaimana yang diinstruksikan oleh guru mulia kita untuk dimakmurkan di Majelis Rasulillah shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa sebaik-baik manusia yang berjalan di atas bumi adalah para pengajar Al qur’an, dimana jika ia mengatakan kepada seorang anak kecil untuk mengucapkan بسم الله الرحمن الرحيم kemudian anak itu mengucapkannya, maka Allah akan menentukan untuk anak itu, dan orang yang mengajarnya serta untuk kedua orang tua anak itu pembebasan dari api neraka. Maka terlebih lagi jika yang diajarkan adalah Al qur’an hingga khatam, seperti pembacaan Al qur’an secara berkelompok yang didalamnya tercakup pembelajaran dan pengajaran Al qur’an.
Barangkali hari-hari kita terlewatkan dan pendengaran dan pengucapan kita ada pada hal-hal yang tidak diridhai Allah, bagaimana keadaan bibir kita, telinga kita, pengucapan kita dan pendengaran kita akan hal-hal yang diridahi Allah subhanahu wata’ala. Seberapa banyak kita mendengar atau membaca kalimat-kalimat Allah yang begitu indah, dan seberapa banyak kita mengucapkan dan mendengarkan kalimat-kalimat selain Al qur’an, seberapa peduli kita akan kalimat-kalimat Allah dan seberapa peduli kita terhadap selain Al qur’an. Mungkin banyak dari sebagian rumah-rumah kita yang jauh dari cahaya Al qur’an Al Karim, namun sebagian dari kita telah menata waktu dalam setiap harinya, misalnya ketika berada di rumah pada jam sekian akan acara ini dan itu di Tv maka aku harus mendengarkannya dan yang lainnya, kesemuanya ditata dengan tertib agar tidak terlewatkan padahal hal-hal tersebut hanyalah kefanaan yang sia-sia dan tiada akan menuntun kepada keluhuran namun barangkali menuntun kepada kehinaan. Akan tetapi adakah seseorang yang peduli untuk mengatur waktunya pada jam tertentu untuk membaca Al qur’an?, sebagaimana waktu sebelum masuk waktu subuh sangat dianjurkan untuk membaca Al qur’an, begitu pula sebelum terbitnya matahari dan setelah terbenamnya matahari, bahkan di waktu kapanpun dan dimana pun disunnahkan untuk membaca Al qur’anul Karim, kecuali di tempat-tempat yang hina seperti kamar mandi dan lainnya. Maka terangilah waktu-waktu kita dengan cahaya Al qur’an, yang mana Al quran adalah kalam Allah subhanahu wata’ala yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan ingatlah bahwa Allah subhanahu wata’ala menciptakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sebagai lambang cinta Allah subhanahu wata’ala, lambang kasih sayang Allah subhanahu wata’ala terhadap hamba-hambaNya, dan dengan kasih sayang itu Allah memberikan kenikmatan di dunia kepada semua manusia yang beriman atau pun yang tidak beriman, dan terdapat pula kasih sayang dan kelembutan yang hanya diberikan kepada manusia yang beriman kelak di akhirat. Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam hadits qudsi riwayat Shahih Al Bukhari bahwa ketika Allah subhanahu wata’ala telah selesai membangun ‘arsy dan seluruh alam semesta, kemudian Allah menuliskan di atas ‘arasy :
إِنَّ رَحْمَتِيْ تَغْلِبُ غَضَبِيْ
“ Sesungguhnya rahmatKu (kasih sayang) mengalahkan kemurkaanKu”
Oleh sebab itu layaklah jika para shalihin dan para wali Allah dan orang-orang yang beriman sangat mencintai dan rindu kepada Allah subhanahu wata’ala lebih dari kecintaan mereka kepada selain Allah subhanahu wata’ala. Syaikh Ibrahim Al Khawwas Ar dalam kitab Ihyaa’ Ulumuddin sambil memegang dadanya dan mengalir air matanya beliau berkata :
وَاشَوْقَاهْ لِمَنْ يَرَانِيْ وَلاَ أَرَاهُ
“ Sungguh rindunya aku pada Yang melihatku (Allah) dan aku tidak melihatNya”
Dan kerinduan orang-orang shalih seperti mereka ditumpahkan dalam munajat yang sangat agung dan sering kita dengar, yaitu :
اَللّهُمَّ ارْزُقْنَا النَّظَرَ إِلَى وَجْهِكَ اْلكَرِيْمِ
“ Ya Allah limpahkanlah rizeki kepada kami untuk memandang dzatMu yang mulia”
Ketika kita telah mencintai Allah subhanahu wata’ala, maka kita haruslah menyayangi hamba-hamba yang telah diciptaNya, diantara meraka adalah keluarga, kerabat kita, tetangga dan teman-teman kita, dan yang lainnya. Orang yang menyayangi segenap ummat Islam dengan menginginkan untuk tidak datang musibah atas mereka, maka ia adalah pemilik jiwa yang sama dengan jiwa nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, satu pemikiran dan satu niat dengan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana beliau senantiasa berdoa untuk ummatnya agar terjauhkan dari segala musibah.
Semoga Allah subhanahu wata’ala menjauhkan musibah dari kita dan semua ummat ini, serta mengabulkan segala hajat kita dan semua hajat ummat ini, Ya Rahman Ya Rahiim permudahlah segala kesulitan dan bukalah segala pintu keluhuran, angkatlah segala penghalang kami untuk mencapai kemuliaan, keluhuran, dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Wahai Yang Maha Memiliki dunia dan akhirat dan kebahagiaannya limpahkanlah kepada kami kebahagiaan di dunia dan akhirat dan jauhkan kami dari api neraka…
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.

Siwak Pembawa Keridhoan Allah SWT

قال رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: السِّوَاكُ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ.
(صحيح البخاري)
عَنْ حُذَيْفَةَ رضي الله عنه قَالَ :كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ، يَشُوصُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ.
(صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah SAW: “Siwak adalah pensuci mulut dan pembawa keridhoan Allah” (shahih Bukhari)
Dari Hudzaifah ra berkata: “Bahwa Nabi SAW jika bangun dari malam hari, membersihkan mulutnya dengan siwak” (shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahamatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Melimpahkan kepada kita rahasia keluhuran, dan rahasia kebahagiaan, serta menerbitkan untuk kita rahasia kerajaan terluhur dari segenap kerajaan yaitu kerajaan sanubari, yang telah difirmankan oleh Allah subhanahu wata’ala di dalam hadits qudsiy :
مَاوَسِعَنِي أَرْضِيْ وَلاَسَمَائِيْ وَلكِنْ وَسِعَنِيْ قَلْبُ عَبْدِيْ المُؤْمِنِ
“Tidaklah bumi atau langitKu dapat menampung-Ku, tapi hati hamba-Ku yang beriman dapat menampung-Ku”
Tiada akan pernah mampu langit dan bumi untuk menampung rahasia sifat-sifat keluhuran Ilahi kecuali sanubari seorang mukmin, yang meskipun bentuknya sangat kecil namun kerajaannya sangat luas, sehingga disiapkan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk menampung cahaya Allah, keridhaan Allah, kemuliaan Allah, keluhuran Allah, kasih sayang dan kecintaan Allah, serta segala kemuliaan yang tidak mampu ditampung oleh alam semesta sekalipun, sebagaimana yang talah disampaikan oleh guru kita Al Musnid Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim Al Hafidh di dalam kitab beliau “Mamlakatul Quluub Wal A’dhaa” , bahwa kerajaan terbesar adalah kerajaan sanubari. Dimana ketika hati kita dipenuhi dengan keluhuran dari sang pembawa semulia-mulia keluhuran, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam maka hati itu akan terang benderang dan bercahaya, sehingga terbitlah keluhuran dan sirna segala sifat yang hina, maka dengan kehadiran kita di malam hari ini sungguh kita berada di dalam keluhuran dan sedang menaiki tangga-tangga keluhuran, dan selalu berusahalah untuk semakin baik dan teruslah berjuang dalam kehidupan ini, karena kehidupan adalah perjuangan dan sebagai modal untuk mencapai kesempurnaan akhirat. Kehidupan dunia adalah modal terbesar dari Allah subhanahu wata’ala untuk kita mencapai kebahagiaan yang abadi di akhirat. Dan seluruh kenikmatan yang disiapkan dan diberikan oleh Allah kepada kita, kesemuanya akan dipertanyakan oleh Allah subhanahu wata’ala, apakah digunakan untuk mencapai keluhuran yang kekal atau hanya sekedar terlewatkan untuk memenuhi hawa nafsu saja. Oleh karena itu sebagaimana yang tadi telah disampaikan oleh guru-guru kita bahwa sungguh berat perjuangan hidup ini, yang dipenuhi banyak godaan syaithan, namun banyak pula kemuliaan-kemuliaan seperti kemuliaan majelis ta’alim, majelis dzikir, majelis shalawat dan lainnya, yang kesemua itu merupakan rahasia kemuliaan tuntunan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang harus kita panut. Namun kita juga harus waspada terhadap diri kita, yang mana kita sering menghadiri majelis-majelis mulia dengan harapan untuk membersihkan hati kita, maka setelah keluar dari majelis tersebut kita harus membenahi dan menguatkan diri dari godaan syaithan yang terus mengajak manusia kepada kehinaan, yang selalu mengajak manusia untuk memperhatikan pada hal-hal yang fana dan membuat kita melupakan hal-hal yang kekal dan abadi.
Hadits yang kita telah kita baca tadi terdapat banyak riwayat di dalam Shahihul Bukhari, yaitu hadits mengenai siwak. Kita ketahui siwak adalah sesuatu yang sangat kecil bentuknya yang lebih kecil atau hanya sebesar ibu jari saja, namun hal tersebut (siwak) membuka sesuatu yang paling berharga dalam sepanjang alam semesta ini tercipta hingga alam ini berakhir dan berlanjut dengan kehidupan di alam yang abadi, hal itu adalah keridhaan Allah subhanahu wata’ala. Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari dimana ketika penduduk surga telah memasuki surga dan menikmati seluruh kenikmatan surga, kemudian Allah berfirman dalam hadits qudsi :
 يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ فَيَقُولُونَ لَبَّيْكَ رَبَّنَا وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ فِي يَدَيْكَ فَيَقُولُ هَلْ رَضِيتُمْ فَيَقُولُونَ وَمَا لَنَا لَا نَرْضَى يَا رَبِّ وَقَدْ أَعْطَيْتَنَا مَا لَمْ تُعْطِ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ فَيَقُولُ أَلَا أُعْطِيكُمْ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ فَيَقُولُونَ يَا رَبِّ وَأَيُّ شَيْءٍ أَفْضَلُ مِنْ ذَلِكَ فَيَقُولُ أُحِلُّ عَلَيْكُمْ رِضْوَانِي فَلَا أَسْخَطُ عَلَيْكُمْ بَعْدَهُ أَبَدًا
“Wahai penghuni surga!, mereka menjawab, “Kami memenuhi panggilan-Mu wahai Rabb. Seluruh kebaikan hanya ada pada kedua tangan-Mu.”, kemudian Allah berfirman: “Apakah kalian puas terhadap limpahan nikmat-Ku?” mereka menjawab, “Apa yang membuat kami tidak ridho terhadap-Mu wahai Rabb, padahal Engkau telah memberikan kepada kami kenikmatan yang tidak Engkau berikan kepada seorangpun dari makhluk-Mu.” Allah berfirman: “Maukah kalian Aku berikan kenikmatan yang lebih afdhal daripada kenikmatan itu”?, mereka menjawab, “Wahai Rabb, kenikmatan manakah yang lebih afdhal daripada kenikmatan itu?” Allah berfirman: “Aku akan limpahkan keridhoan-Ku kepada kalian, sehingga Aku tidak akan murka kepada kalian selama-lamanya”.
Maka keridhaan Allah adalah hal yang paling berharga bahkan dari surga sekalipun dan kenikmatan-kenikmatan dia dalamnya. Dan ternyata rahasia keluhuran ridha Allah itu pun tersimpan dalam sebatang siwak, sebagaimana yang telah disabdakan oleh sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam :
السِّوَاكُ مُطَهَّرَةٌ لِلْفَمِ، مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ
“Siwak itu membersihkan mulut, diridhai oleh Ar-Rabb (Allah). ( shahih bukhari )”
Maka siwak tidak hanya membersihkan mulut, karena jika hanya untuk membersihkan mulut bisa menggunakan sikat gigi seperti zaman sekarang ini, yang bahkan mungkin lebih membersihkan daripada siwak. Namun yang dimaksud dalam hadits tersebut siwak tidak hanya membersihkan mulut saja namun juga membersihkan dosa yang ada di mulut, sebagaimana mulut juga melakukan perbuatan dosa seprti mencaci, mengumpat dan lainnya maka dosa-dosa itu akan terbersihkan dengan siwak, sebagaimana kelanjutan dari hadits tersebut bahwa siwak juga membawa kepada kerihdaan Allah subhanahu wata’ala. Maka siwak merupakan hal yang sangat agung dari sunnah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang meskipun tampaknya sangat remeh dan sepele. Adapun hadits yang diriwayatkan oleh sayyidina Abi Hudzaifah ini menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika bangun di malam hari maka beliau menggunakan siwak Dan kalimat يَشُوْصُ (menggosok ) dalam hadits tersebut sebagaimana yang dijelaskan di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari maksudnya yaitu menggunakan siwak dengan memutarkan pada gigi bagian atas dan bawah, di bagian kiri atau pun kanan untuk membersihkannya. Namun secara ringkas adalah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memulai hampir semua perbuatan dengan bersiwak, hingga disebutkan bahwa siwak adalah akhir sunnah beliau saat beliau dalam keadaan sakaratul maut, dimana beliau tidak menghembuskan nafas yang terakhir yang di saat itu beliau berada di pangkuan sayyidah Aisyah Ra lantas beliau melirik pada siwak yang dipegang oleh saudara lelaki sayyidah Aisyah Ra, maka melihat hal tersebut sayyidah Aisyah Ra berkata : “Apakah engkau menginginkan siwak wahai Rasulullah”, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengangguk, kemudian sayyidah Aisyah meminta siwak yang dipegang oleh saudara lelakinya lalu membersihkannya dan kemudian disiwakkan kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan setelah bersiwak, beliau shallallahu ‘alaihi wasalla menunjuk ke langit dan berkata : فِي الرَّفِيقِ اْلأَعْلَى (Menuju Teman (Kekasih) Yang Maha Tinggi), kemudian beliau menghembuskan nafas terakhir. Maka dijelaskan bahwa siwak adalah sunnah Rasulullah yang terakhir dilakukan oleh beliau sebelum wafat. Maka selayaknya bagi kita untuk selalu menggunakan siwak dan tidak meninggalkannya dalam kehidupan kita. Juga dijelaskan bahwa siwak adalah sebagaiسلاح المؤمن (senjata seorang mukmin) maka jadikanlah siwak itu selalu bersama kita, karena syaithan tidak suka dengan adanya siwak sehingga sering siwak itu menghilang. Maka diajarkan oleh guru mulia kita untuk memperbanyak siwak, dengan meletakkannya di baju, di kamar, di ruang tamu, di tas dan lainnya sehingga tidak tertipu oleh syaitan.
Demikian yang bisa saya sampaikan, selanjutnya kita berdzikir bersama semoga Allah subhanahu wata’ala memenuhi hari-hari kita dengan keluhuran, menguatkan iman kita dan terus membimbing kita pada jalan keluhuran dan member kekuatan kepada kita untuk selalu mengikuti sunnah nabiNya shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga senantiasa berada dalam keridhaanNya. Dan semoga Allah subhanahu wata’ala menjauhkan segala musibah dari negeri kita dan seluruh wilayah muslimin di dunia dan digantikan dengan limpahan rahmat yang kesemua itu mustahil untuk terjadi kecuali dengan kehendakNya.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.

MANUSIA DAN PENDERITAAN (4)

SEBAB-SEBAB PENDERITAAN
Apabila dikelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab – sebab timbulnya penderitaa, maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut:
a. Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia
Penderitaan yang menimpa manisa karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Penderitaan ini terkadang disebut nasib buruk. Nasib buruk tersebut dapat berubah menjadi baik. Dengan kata lain manusia itu sendirilah yang dapat memperbaiki nasibnya. Tuhan yang menntukan sedangkan nasib buruk itu manusia penyebabnya. Perbuatan manusia terhadap lingkungannya juga menyebabkan penderitaan manusia. Tetapi kadang manusia itu sendiri tidak menyadarinya, contohnya kita membuang sampah sembarangan sehingga menyebabkan banjir.
b. Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan / azab Tuhan
Penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau azab Tuhan. Namun kesabaran, tawakan dan optimisme dapat menjadi usaha untuk mengatasi penderitaan tersebut.
Pengaruh penderitaan
Seseorang yang mengalami penderitaan biasanya akan menimbulkan sikap yang kurang wajar atau negatif, karena pada saat seseorang terkena suatu musibah mereka menganggap bahwa ini adalah suatu hal yang tidak mereka kehendaki atau inginkan sikap yang timbul biasanya keputusasaan, kecewa, marah, menyesal dan lain-lain. Selain itu seseorang juga dapat menjadi pribadi yang kurang baik dilingkungannya karena pengaruh-pengaruh tehadap dirinya yang kurang baik disaat dia mengalami suatu musibah.
Depresi juga salah satu pengaruh dari penderitaan , karena begitu banyak sekali tekanan-tekanan yang menuju kepada seseorang saat terkena musibah misalnya seseorang yang dipecat dari perusahaanya tempat dia bekerja sudah pasti orang tersebut mengalami tekanan yang sangat berat karena tidak bisa memberikan nafkah lagi bagi sang istri, orang yang depresi cenderung untuk tidak ingin melakukan kegiatan seperti biasanya karena sudah dilingkupi keputusasaan yang begitu besar. Orang-orang disekitarnyalah yang dapat membangkitkan semangatnya disamping selalu berserah diri dan selalu berdoa.
Selain sikap yang negatif ada juga sikap yang positif yang akan ditimbulkan dari pengaruh penderitaan misalnya apabila seseorang mendapatkan suatu cobaan yang berat orang tersebut malah bersyukur karena itu mungkin peringatan atau teguran dari Tuhan yang maha esa terhadap dirinya dan itu dapat menjadi ajang instropeksi diri apa saja selama ini yang kita perbuat sudah sesuai dengan perintahNya atau belum. Sesungguhnya apa yang terjadi di muka bumi ini mencerminkan dari mahkluk hidup yang ada di bumi apakah mereka sudah melaksanakan perintahNya dan menjauhi segala larangaNya.



MANUSIA DAN PENDERITAAN (3)

Penderitaan dan Perjuangan
Penderitaan memang selalu hadir dalam kehidupan kita, tidak berarti hidup adalah menderita / hidup adalah untuk penderitaan. namun "Hidup adalah Berjuang karena Hidup adalah Perjuangan". Jadi mau tidak mau kita selalu dituntut untuk terus berjuang dlam hal apapun. dan percayalah bahwa tidak ada sesuatu yang sia - sia. Setelah perjuangan terlaksana dan pasrah kepada Tuhan. maka dari itulah gunanya bersosialisasi, dengan bersosialisasi
kita dapat saling membantu dalam susah maupun senang dengan sesama manusia dalam menyelesaikan masalah dan menyelesaikan penderitaan. namun jangan lupa disertai doa pula.
Manusia hanya merencanakan selebihnya adalah kehendak Tuhan.

Waspada akan penderitaan boleh dalam berbagai hal namun tetap kita tidak dapat menghindar dari penderitaan, satu - satunya jalan keluar adalah dengan melewatinya. Hal ini nampak bila ditinjau jenjang karir sejarah orang - orang besar disekitar kita yang benar - benar berhasil oleh karena usahanya sendiri dan bantuan Tuhan.

Penderitaan kerap kali disebar luaskan dan diumumkan di berbagai media layaknya Surat Kabar, TV, Radio, Internet dengan maksud mengetuk hati kita selaku pembaca dan pendengar media untuk menggerakan rasa empati* rasa kemanusiaan agar dapat turut berbelasungkawa atas penderitaan yang terjadi dan selaku manusia sosial yang saling tolong menolog megggerakan hati kita untuk membantu mereka yang menderita karena bencana, dan penderitaan lainnya.

Penyebab penderitaan banyak disebabkan oleh berbagai hal di bawah ini :
* Hubungan tidak baik antara manusia dengan manusia yang mengakibatkan penderitaan didasari rasa dengki, iri, sakit hati, kejam serta alasan lain yang mendasari perbuatan buruk manusia lain terhadap sesama yang dapat memicu penderitaan entah itu dari korban yang mengalami maupun pelaku yang mengalami derita.
* Hubuan tidak baik antara manusia dengan Alam yang mengakibatkan bencana, kurangnya kesadaran manusia untuk merawat alam dan bahkan manusia yang sengaja merusak alam dengan
* Ketamakan hanya karena masalah uang sehingga terjadi berbagai becana seperti Longsor.
* Penderitaan karena cobaan, disini kita dituntut akan kesetiaan kita melalui suatu cobaan dan percayalah bahwa Tuhan tidak akan meberikan suatu cobaan diluar kemampuan umat-Nya.
berbagai pengaruh dari penderitaan dapat dikategorikan bersifat positif dan negatif tergantung dari bagaimana manusia menghadapi kenyataan ini,
apabila menyikapi secara positif dengan mudah ia bisa menepis pegaruh penderitaan itu dengan contoh motto yang telah saya berikan bahwa
"Hidup adalah Berjuang karena Hidup adalah Perjuangan". jadi dia bisa kuat menghadapi penderitaan da selalu berusaha kuat untuk menghadapi penderitaan.
Lawannya adalah sika negatif dalam menghadapi penderitaan, ini efek terparahnya yakni penyesalan, minder berlebihan, tidak bahagia, selalu putus asa manusia mudah
meyerah dalam hidup dan tidak sedikit yang lebih memilih mati meskipun mati bukanlah cara untuk menyelesaikan penderitaan.
Penderitaan, Media Massa dan Seniman
Penderitaan sekarang ini banyak terjadi dan bagai mana untuk memberi tahu atau menyebar luaskan informasi mengenai penderitaan dan penanggulangan penderitaan, sekarang media massa adalah alat paling tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. karena media massa sudah mampu menyebarkan informasi dengan cepat.
Dalam dunia modern sekarang ini kemungkinan terjadi penderitaan itu lebih besar. Hal ini telah dibuktikan oleh kemajuan teknologi dan sebagainya, menyejahterakan manusia dan sebagaian lainnya membuat manusia. Penciptaan bom atom, reaktor nuklir, pabrik senjata, peluru kendali, pabrik bahan kimia merupakan sumber peluang terjadinya penderitaan manusia. Hal ini sudah terjadi seperti bom atom di Hirosyima dan Nagasaki, kebocoran reaktor nuklir di Unisovyet, kebocoran gas beracun di India. Penggunaan peluru kendali dalam perang Irak.
Beberapa sebab lain yang menimbulkan penderitaan manusia ialah kecelakaan, bencana alam, bencana perang dan lain-lain. Contohnya ialah tenggelamnya kapal Tampomas Dua di perairan Masalembo, jatuhnya pesawat hercules yang mengangkut para perwira muda di Condet, meletusnya gunung Galunggung, perang Irak dan Iran.
Media masa merupakan alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa penderitaan manusia secara cepat kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat dapat segera menilai untuk menentukan sikap antara sesama manusia terutama bagi yang merasa simpati. Tetapi tidak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan para seniman melalui karya seni, sehingga para pembaca, penontonnya dapat menghayati penderitaan sekaligus keindahan karya seni. Sebagai contoh bagaimana penderitaan anak yang bernama Arie Hanggara yang mati akibat siksaan orang tuanya sendiri yang difilmkan dengan judul Arie Hanggara.

Gunadarma Peringkat 5 Besar Perguruan Tinggi Terbaik Versi Webometrics 2011

Gunadarma Peringkat 5 Besar Perguruan Tinggi Terbaik Versi Webometrics 2011
Sekarang ternyata Universitas Gunadarma dapat sedikit berbangga. Why ? Karena menurut Webometrics, Universitas Gunadarma masuk 5 besar tingkat nasional tepatnya peringkat 4. Di atasnya terdapat UGM, ITB, UI, baru kemudian Universitas Gunadarma, dan diikutin oleh Institut Teknologi Sepuluh November. Dengan begitu bisa disimpulkan kalau Universitas Gunadarma merupakan perguruan tinggi swasta terbaik versi Webometrics. Gue sendiri sedikit kagum dengan prestasi ini, Universitas Gunadarma yang katanya sekarang tidak lebih baik dari Bina Nusantara (Binus) tiba-tiba menunjukan taringnya, seolah mengatakan “kejar gue kalo bisa“. aya-aya wae. Dan Binus terdapat di peringkat 14 jauh ditinggal Gunadarma. Kalau mau silahkan cek http://www.webometrics.info/rank_by_country.asp?country=id&zoom_highlight=Indonesia&offset=0

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan